Kedekatan ibunya dengan sosok pria bernama Suyono paska perceraian orangtuanya membuat Chandra Ditya (selanjutnya dipanggil Adit) tidak suka. Apalagi ketika Adit merasa ibunya memberi harapan pada pria itu. Semua kebaikan dan ramah tamah Suyono membuat Chandra begitu merasa risih.
Di sisi lain, kebaikan dan perhatian Suyono membuat Nurcahaya, ibu Adit luluh dan jatuh hati. Ia bahkan mengizinkan Suyono untuk menginap di rumahnya. Hal ini lantas membuat Adit makin jengkel, apalagi jika ibunya terus membela Suyono tanpa peduli perasaannya.
Meskipun tahu putranya tidak merestui, Nurcahaya nekad menikah dengan Suyono. Pernikahan pun digelar tanpa kehadiran Adit. "Saya sangking keselnya, waktu itu saya pergi dan tidak hadir ke pernikahan mereka dan nginap di rumah teman," ungkap Adit yang tidak pulang ke rumah dua hari lamanya.
Kekesalan Adit pada sosok Suyono membuatnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar kota. Di sinilah rahasia tentang sisi lain Suyono mulai terbongkar. Hutangnya yang menumpuk membuat Nurcahaya harus ikut menanggung cicilannya. "Sebenarnya setelah saya menikah dan flash back, saya ini seperti terperangkap dengan sosok Suyono," ungkap Nurcahaya.
Pernah suatu ketika, Nurcahaya memasak mi instan untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba, Suyono datang dan meminta mi yang dimakan Nurcahaya. Karena sedang letih, Nurcayaha meminta suaminya itu untuk memasak sendiri. Namun di luar dugaan, hal ini membuat Suyono geram dan melempar mi instan yang sedang dimakan Nurcahaya tanpa peduli bahwa istrinya itu tengah berbadan dua.
"Saya nggak nyangka saya dapat perlakuan seperti itu. Saya pikir dia akan senang dengan istrinya yang sedang hamil dan akan menjadi sayang. Tapi ternyata dia menganiaya saya dengan sedemikian rupa," ungkap Nurcahaya.
Tekanan batin yang dialaminya membuat Nurcahaya stress dan akhirnya keguguran. Namun peristiwa ini pun tidak membuat Suyono menyesal. Suaminya itu bahkan tebar pesona dengan wanita lain dan mengaku berstatus duda. Tidak hanya melukai secara psikis, Suyono pun tega memukuli Nurcahaya di malam tahun baru tanpa ada rasa iba.
Walaupun terus tersiksa, Nurcahaya tidak sampai hati untuk membagikan masalahnya ini pada Adit. Dia pun hanya bisa membungkam mulutnya sambil menahan rasa sakit itu sendiri.
Tahun 2004 Nurcahaya melahirkan anak kedua dari Suyono. "Walaupun anaknya lahir, sikap-sikapnya belum ada menunjukan tanda-tanda dia sayang atau perhatian sama saya. Saya Cuma bisa lari, saya Cuma bisa mengadu dan menangis ke Tuhan. "Tuhan aku tidak sanggup lagi dengan keadaan ini"," ungkap Nurcahaya yang kemudian menjadi tekun mengikuti ibadah dan acara kerohanian lainnya.
Dalam pengajaran-penjaran rohani inilah Nurcahaya merasakan dampak yang luar biasa dalam hidupnya. "Yang pasti Yesus begitu mengasihi saya lewat pengorbanan-Nya di kayu salib," ungkapnya yang makin kagum dan menjadi kuat karena kasih Yesus.
Kekuatan Nurcahaya makin bertambah dengan dukungan dari teman-teman persekutuannya. Hal ini membuatnya lebih tegar dalam menghadapi sikap-sikap suaminya itu. Di luar dugaan, sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Ketika diperiksa, ternyata Suyono terkena stroke.
Nurcahaya semakin kaget ketika tahu bahwa beberapa hari sebelum kejadian, ada seorang teman yang melihat Suyono masih berkencan dengan wanita lain. Berbagai emosi berkecamuk di benak Nurcahaya, ia pun mencurahkan semuanya itu kepada ibu mertuanya dan mengaku menyerah menghadapi Suyono.
Tidak ada ketenangan selain di dalam Tuhan. Nurcahaya pun kembali mengadu pada Tuhan. Ia lantas teringat dengan seorang pembimbing rohani, dan segera menghubunginya. Setelah berkonseling, Nurcahaya kembali diingatkan tentang kasih Tuhan, dan bagaimana ia pun harus mengasihi suaminya walaupun sudah berulang kali menyakiti hatinya.
Intervensi Tuhan pun terjadi. Hati Nurcahaya kembali dilembutkan dan membuatnya mau kembali menerima serta merawat suaminya itu.
Kesetiaan dan pengorbanan Nurcahaya membuat Adit pun belajar untuk menerima ayah tirinya itu. "Saya mau menerima papi. Karena Tuhan Yesuslah yang memampukan saya," ungkap Adit.
"Walaupun dulu saya mengalami kepahitan, dan kondisi sekarang ini jauh dari sempurna karena suami sakit, tetapi kenyataannya saya tidak merasakan itu. Saya merasakan tetap sempurna karena ada Yesus yang tidak tinggal diam dan turut campur dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan buat saya dan keluarga," Nurcahaya menutup kesaksiannya.
Sumber kesaksian :
Nurcahaya Hutasoit / Chandra Ditya
No comments:
Post a Comment