Rostina, anak kelima dari enam bersaudara semasa kecilnya selalu mendengar kata-kata negatif tentang dirinya. Lingkungan sekitarnya selalu mengatakan kekurangan tentang dirinya. Tanpa disadari, perkataan yang didengar semenjak berumur empat tahun tersebut membuat Rostina kehilangan jati diri. Oleh karena itulah, Rostina terobsesi memiliki tubuh yang langsing.
Pada saat remaja, Rostina mulai menggunakan teh kurus untuk menjaga berat badannya.
"Di rumah dulu kan masih ada pembantu, orang Singapura sih. Anaknya itu minum teh kurus. Saya pulang dan lihat, "teh apa ini?" dan dia menjawab, "ini teh kurus". Tenyata memang membuat saya kurus," ujar Rostina.
Lama kelamaan, teh kurus yang dipergunakan Rostina tidak berhasil lagi. Rostina mulai mencoba menggunakan pil. Karena meminum pil ini, setiap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya dapat dimuntahkan kembali. Sampai akhirnya dia menderita Anorexia(penyakit yang disebabkan karena ketidakseimbangan mental (pikiran)). Penyakit ini tidak membuat Rostina memberhentikan aktivitas meminum pil yang telah dilakukannya selama ini. Di dalam pikiran Rostina, dia harus lebih cantik dari pada cewek lainnya.
Suatu hari, Rostina bertengkar dengan mamanya. Akibatnya, Rostina dikurung oleh mamanya di dalam kamar. Perlakuan mamanya tidak membuatnya kehilangan akal. Rostina menggunakan kain sprei yang diikatkan ke tempat tidurnya. Dan dia pun berhasil lolos.
Tahun 1987, Rostina mulai bekerja di sebuah perusahaan asing. Semenjak itulah, dia mengenal yang namanya free sex.
"Saya kenal dengan banyak orang asing. Saya seorang cewek yang kotor. Mau dibilang pelacur, yah..,cuma saya gak minta bayaran saja," ujar Rostina.
Sunaryo Sopian, adik dari Rostina mengakui kakaknya memang mempunyai kenalan dan berhubungan dengan beberapa pria bule. Bahkan satu pria bule tersebut, usianya lebih tua dari kakaknya.
Jalinan hubungan dengan banyak pria asing turut pula membuat Rostiana meminum pil kurus yang dosisnya terus bertambah hingga 300 pil perhari dan mempengaruhi ginjalnya. Dari tahun 1994-1998, Rostina selalu keluar masuk rumah sakit.
Sunaryo mengatakan akibat penggunaan obat kurus yang diminum kakaknya secara berlebihan, membuat tubuh kakaknya seperti tengkorak berjalan.
Saat kondisi Rostina tidak mempunyai harapan lagi, orang tuanya membawa pulang Rostina kembali ke rumah.
Dalam kondisi putus asa, Rostina teringat dengan hidupnya yang penuh dengan dosa dan kenikmatan hidup yang telah dijalaninya selama ini. Dia menangis dan pada saat itulah Tuhan menjamah hidupnya. Namun, hal itu tidak membuat pengharapannya benar-benar kembali. Bahkan saat itu, Rostina meminta kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya saja kalau memang saat itu adalah waktunya. Permintaanya ini pun ditolak Tuhan dan Rostina masih hidup walau kondisi fisiknya belum 100% pulih.
Suatu hari, sang mama diajak Rostina ke dalam satu pertemuan ibadah. Di sana, dia merasakan kasih Tuhan. Dia mulai mendengarkan pemberitaan firman yang disampaikan oleh pengkhotbah tersebut. Pada akhir khotbah, sang pendeta melakukan tantangan untuk hidup baru kepada jemaat yang hadir pada saat itu. Saat mendengar tantangan tersebut, Rostina menangis.
Tidak hanya sampai itu saja, Rostina pun diajar Tuhan untuk melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang menyakitinya, yakni mama dan beberapa pacarnya. Tanpa disadari, selama ini dia telah menyimpan kepahitan kepada orang-orang tersebut.
Sepulang dari ibadah tersebut, kehidupan Rostina mengalami perubahan. Dirinya sudah rajin mulai membaca Alkitab setiap hari. Rokok dan obat-obatan yang dikonsumsinya selama ini telah ditinggalkannya.
"Sungguh-sungguh Tuhan yang beri saya kesempatan untuk hidup lagi menjadi terang di dunia ini. Karena nama-Nya dan pribadi-Nya, itu menyelamatkan hidup saya," kata Rostina mengakhiri kesaksiannya.
Sumber Kesaksian:
Rostina Supian
No comments:
Post a Comment