Malam itu, tanggal 30 Januari 2000, kota Manado diguyur hujan lebat. Seperti mendapat firasat buruk, malam itu Nitha Naomi tidak bisa tidur.
"Saya gelisah, memang tidak bisa tidur sama sekali. Pikiran saya itu ngga tenang. Kemudian saya duduk berdoa," demikian Nitha bertutur.
Dalam doanya, Nitha menyerahkan seluruh hidupnya dan kekuatirannya kepada Tuhan. Saat selesai berdoa dan hendak kembali tidur terdengar suara guruh yang amat keras. Bersamaan dengan suara gemuruh itu, tiba-tiba tanah menerjang ke dalam kamar tidur dimana Nitha bersama kedua anaknya dan sang suami sedang tidur.
"Saya sudah ngga dengar suara suami saya, anak saya yang kedua, Jerry pas kena longsoran dia sempat nangis. Pas nangis itu barangkali buka mulut, suaranya seperti mulut yang kemasukan tanah," ungkap Nitha sambil meneteskan air mata.
Saat suara Jerry semakin menghilang, anak pertama Nitha, Nelly berseru, "Ma.. kaki Nelly kejepit.. kaki Nelly kejepit.." Walau dalam kesakitan, Nelly masih sempat menanyakan keadaan adik dan ayahnya, sayangnya Nelly tidak bisa bertahan lama.
"Ma..air ma..air.." teriak Nelly, kemudian suaranya tak terdengar lagi. Nitha saat itu menyadari bahwa suami dan kedua anaknya telah tewas dalam timbunan longsor. Ia pun telah kehilangan harapan akan selamat dari bencana yang datang tiba-tiba itu.
"Lalu saya berdoa: Tuhan saya menerima keadaan kalau mereka sudah tidak ada. Mereka sudah Tuhan panggil. Tapi tolong jangan siksa saya, kalau Tuhan mau menyelamatkan saya, tolong selamatkan saya. Kalau Tuhan mau panggil saya seperti mereka, tolong panggil mereka, tapi jangan disiksa lagi.."
Tetapi Tuhan masih memiliki rencana untuk Nitha, pertolongan datang sekitar pukul 5 pagi.
"Saat itu ada petugas dengan pakaian loreng-loreng ijo turun.."
Nitha pun segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, namun naasnya, kedua anaknya dan sang suami tidak terselamatkan lagi.
"Ternyata Tuhan masih sayang sama saya sehingga saya masih diberi kesempatan untuk hidup sampai sekarang," ungkap Nitha penuh syukur.
Walau kehilangan seluruh anggota keluarganya, namun Nitha menyadari bahwa jika dirinya hidup Tuhan memiliki rencana atas hidupnya yang harus digenapi. Kini Nitha menghabiskan hari-harinya dengan menolong anak-anak tuna netra.
"Saya masuk Tan Miyat (sekolah tuna netra-red) ini karena dikasih tahu oleh kakak saya, bahwa disini dibutuhkan pengasuh, pada waktu itu Desember 2000."
Nitha mengabdikan diri untuk mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus disekolah itu, dan ia pun dikenal oleh anak-anak disana sebagai seorang yang penuh kasih dan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri.
Nitha mengabdikan diri untuk mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus disekolah itu, dan ia pun dikenal oleh anak-anak disana sebagai seorang yang penuh kasih dan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri.
"Saya yang merasa tidak ada kesempatan lagi untuk bangkit, ternyata masih ada. Itu semua saya syukuri, karena saya yakin itu semua adalah kebesaran Tuhan kepada saya."
Dalam segala perkara, Tuhan punya rencana. Untuk itu jangan pernah kecewa terhadap Tuhan atau menjadi putus asa ketika pencobaan ia ijikan terjadi dalam kehidupan. Percayalah, bahwa pencobaan-pencobaan itu tidak pernah melebihi kekuatan kita.
Nara sumber : Nitha Naomi
No comments:
Post a Comment