Oleh : Melly Tjakra
Dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi,
Pada tanggal 19 September 2008, kurang lebih pada pukul 19.30, setelah kami sekeluarga menyelesaikan makan malam, kami melakukan aktivitas kami masing-masing. Saya sendiri sedang mencuci pakaian di lantai dua pada saat mendengar suara ribut gonggongan anjing dan teriakan adik saya, Christien yang berteriak-teriak minta tolong dan mengucapkan Haleluya sambil menangis.
Ternyata menurut kesaksian Christien, saat itu, dia dan nenek kami sedang duduk-duduk menonton TV. Awalnya, setelah makan malam, Christien ingin langsung mandi dan beristirahat, tapi Nenek berkata, “Habis makan, masih kenyang. Dudukduduk dulu di sini sambil menonton TV.” Jadi, dia urungkan niatnya untuk ke kamar dan menemani nenek menonton. Lalu, terpikirlah olehnya untuk mengajak Nenek berdoa bersama karena Nenek mengeluh kakinya suka pegal-pegal. Pukul 20.00
kurang, mereka berdoa bersama di kamar Nenek. Baru sekitar tujuh menit berdoa, mereka menyudahi doa karena mendengar suara anjing yang menyalak dengan keras. Christien berkata pada Nenek, “Ini pasti tante sudah pulang.” Baru saja hendak beranjak meninggalkan kamar, masuklah dua orang laki-laki bertubuh besar. Awalnya, dia mengira mereka adalah tamu tante kami tapi mengapa perilaku mereka tidak sopan, tidak seperti orang yang sedang bertamu. Bahkan masuk
ke kamar orang tanpa permisi terlebih dahulu. Salah satu dari mereka berteriak, “Diam! Jangan teriak! Masuk ke kamar mandi!” Setelah Christien melihat laki-laki yang di belakangnya memegang celurit, barulah dia menyadari kalau mereka adalah kawanan perampok. Lalu, entah bagaimana,
spontanlah ia berteriak “Dalam nama Tuhan Yesus, Haleluya… Tuhan Menjaga Keluarga Kami dari Kawanan Perampok Haleluya…!” secara berulang-ulang dengan suara keras dan melengking. Perampok tersebut memaksa Christien dan Nenek untuk masuk ke kamar mandi tetapi mereka menolak dan mengeraskan diri. Salah satu dari perampok berteriak, “Ayo, cepat masuk!” sambil mendorong mereka berdua ke dalam kamar mandi hingga terjatuh. Pintu kamar mandi sampai jebol, engselnya rusak dan tidak bisa ditutup. Nenek terjatuh menghantam ubin kamar mandi, begitu juga dengan Christien. Karena melihat Nenek sudah tidak berdaya, Nenek ditinggalkan sendirian di kamar mandi oleh mereka. Sedangkan Christien yang terus berteriak dan meronta-ronta
dibawa mereka menuju gudang depan. Karena teriakannya keras dan suasana yang ribut sekali di bawah, saya menengok dari balkon teras dan melihat ada dua orang laki-laki tidak dikenal berjalan menuju kamar karyawan yang letaknya di bagian belakang rumah. Karena penasaran dan cemas dengan kehadiran dua orang laki-laki tersebut, saya segera turun. Di tangga, saya bertemu dengan satu orang lakilaki tak dikenal lagi dan dia memegang pistol. Lalu dia berkata, “Ada razia!” Saya menjawab, “Bapak siapa dan ada razia apa? Mau apa bapak masuk-masuk ke rumah?” Lalu, dalam keadaan badan dan lutut yang lemas, saya dipaksa turun dari tangga sambil ditodong pistol. Tangan saya juga lalu diikat dengan kabel tis yang besar. Saat dalam keadaan terikat, saya digiring menuju gudang. Di tangga depan, saya bertemu dengan Nancy, adik saya yang satunya lagi. Dia juga sedang ditodong celurit oleh salah satu dari perampok itu. Menurut kesaksiannya, saat itu, dia sedang berada di atas dan sedang menyalakan komputer, menyelesaikan pekerjaan dan mengirim beberapa email. Setelah berhenti kerja, di rumah, biasanya Nancy suka mengecek ataupun mengirim email dengan komputer kamar di siang hari. Namun, entah mengapa hari itu stabilizer komputer kamar tiba-tiba rusak dan mati total sehingga dia memutuskan untuk menggunakan komputer lainnya karena ada email penting yang harus dia kirim. Padahal, biasanya bila di siang hari dia sudah menyelesaikan pekerjaanya, di malam hari, sehabis makan, dia suka duduk-duduk sambil menonton TV yang ada di depan kamarnya dan saya. Tak terbayangkan, apabila di malam
kejadian itu, dia duduk menonton TV di sana, pasti dia akan langsung disandera untuk menunjukkan jalan ke kamar Papa yang memang berada di dekat sana. Sewaktu Nancy sedang di depan komputer, tiba-tiba dia mendengar suara Christien berteriak-teriak dengan histeris. Sangat menakutkan dan ditambah lagi dengan gonggongan anjing yang begitu berisik. Dia sempat berpikir sepertinya telah terjadi suatu hal yang tidak mengenakkan di bawah. Nancy kemudian turun dari tangga depan untuk melihat ada apa di bawah. Belum sampai bawah, dia juga menjumpai kawanan perampok tersebut dan ditodong dengan celurit untuk diikat tangannya dan dikumpulkan di gudang depan. Di tangga depan tersebutlah kami bertemu dalam keadaan sama-sama sudah ditangkap oleh
perampok. Kami berdua digiring ke gudang depan dan disanalah kami melihat sudah ada tante
kami dan tiga orang pegawai yang sudah tidak berdaya dalam posisi duduk dan tangan terikat.
Tidak lama kemudian mereka membawa Christien yang tangannya juga terikat. Christien
terus berteriak Haleluya sambil menangis kencang. Karena teriakannya yang paling kencang,
hal ini membuat kawanan perampok tersebut menjadi kalap dan mengalungi celurit ke
lehernya. Sungguh mengerikan dan menakutkan. Puji Tuhan, mereka tidak sampai melakukan tindakan yang nekat. Saya sempat berkata pada Christien untuk berhenti berteriak dan berdoa dengan volume yang kecil saja. Saat itu, menurut pengakuannya, dia tidak sadar kalau lehernya sempat dikalungi celurit. Kami semua terus berdoa agar Tuhan menolong karena tidak
ada seorangpun yang dapat menolong kami. Kami berdoa supaya mereka tidak menemukan Papa dan kamarnya. Selain itu, saya juga berdoa supaya anak saya tidak diapa-apakan oleh mereka. Saya sangat mengkuatirkan keadaan anak dan suami saya yang sedang berada di kamar kami.
Tidak lama kemudian, Mama saya juga tertangkap oleh mereka saat turun dari tangga. Mama saya juga disandera dan dikalungi celurit di lehernya. Mama saya diminta oleh kawanan perampok itu untuk menunjukkan tempat menyimpan uang dan barang-barang berharga lainnya. Menurut kesaksian Mama, saat dia turun dari tangga di dalam, dia pertama kali memutuskan untuk menengok ke kamar Nenek. Karena mendengar suara ribut-ribut di bawah, yang ada di pikirannya
adalah kuatir Nenek terjatuh. Saat itu, ia melihat, Nenek dalam posisi tertelungkup di kamar mandi dan ada percikan-percikan darah di sekitar Nenek. Spontan, Mama ingin menolong Nenek tetapi dicegah oleh perampok itu dan langsung digiring ke gudang depan. Tidak jauh dari tempat kami disandera, ada lemari tempat menyimpan uang kecil untuk kembalian toko. Karena terus dicecar untuk menunjukkan tempat menyimpan uang dan sebagainya, Mama menunjuk pada lemari tersebut. Mereka segera menyongkel dan mengambil isinya, kurang lebih ada Rp 600.000. Lalu mereka berkata, “Kok, cuma segini duitnya?” Kemudian Mama menjawab dengan berani, “Uangnya sudah disetor, ngapain taruh uang di rumah, tidak aman.” Sesungguhnya pada
waktu itu, Mama berkata bahwa dia seperti diberi kekuatan dan ketenangan untuk dapat menjawab
seperti itu karena dia pun tidak menyadari apa yang dia katakan, seperti mengalir begitu saja dan
bukan dia sendiri yang berkata-kata. Mungkin itu adalah kekuatan yang datang dari Roh Kudus. Kemudian Mama diminta untuk menunjukkan di mana lagi tempat yang ada barangbarang berharganya. Lalu mereka mendesak untuk naik tangga menuju kamar saya dan adik-adik saya.
Di kamar saya, ada suami dan anak saya. Kawanan perampok tersebut menodongkan pistol ke
arah suami dan anak saya sambil berkata, “Kalo mau selamat, jangan banyak bergerak!” Setelah itu, mereka mengobrak-abrik kamar dan mengambil laptop, handphone dan dompet. Puji Tuhan, mereka tidak bertindak nekat terhadap anak dan suami saya. Mereka sempat ingin mencari-cari lagi di kamar saya tetapi sekali lagi Mama dengan penuh keberanian berkata, “Bapak masih belum mau pergi? Sebentar lagi banyak orang-orang pulang tarawih (pada waktu itu bertepatan dengan bulan puasa). Kalau Bapak tidak segera pergi bisa habis dikepung mereka.” Mungkin karena panik dan ketakutan, mereka pun segera pergi. Sekali lagi, Puji Tuhan! Kami semua selamat, hanya saja Nenek terluka di pelipis akibat menghantam batu bata saat didorong oleh mereka sampai terjatuh di kamar mandi. Tapi puji syukur, luka tersebut tidak sampai berakibat fatal, padahal darah mengucur sangat banyak dan sampai harus dijahit tujuh jahitan, dan juga tidak sampai mengenai matanya, melihat jarak antara luka dengan mata cukup dekat. Haleluya! Ada beberapa hal yang kami rasakan sangat ajaib dan benarbenar merupakan kekuatan serta kuasa dari tangan Tuhan
terhadap kami semua:
- Target utama dari kawanan perampok tersebut sudah jelas yaitu Papa. Mereka terus menanyakan Papa ada dimana. Tapi, Puji Tuhan! Mereka tidak dapat menemukan Papa Mata mereka seperti dibutakan oleh Tuhan sehingga tidak bisa menemukan kamar Papa. Padahal lokasi kamar Papa berdekatan dengan kamar saya dan adik saya.
- Papa yang saat itu berada kamar sedang menonton TV, tidak tahu apa yang terjadi di bawah. Karena merasa kesal dan terganggu oleh ributnya gonggongan anjing, Papa sempat melongok ke balkon teras dan berteriak menenangkan anjing untuk tidak berisik. Tapi, perampok tersebut sama sekali tidak mendengar suara Papa, dan tidak melihat Papa yang terangterangan keluar kamar.
- Puji syukur pada Tuhan juga karena Papa tidak sampai turun ke bawah untuk menenangkan anjing kami karena jika turun pasti tertangkap oleh mereka. Mama yang dalam keadaan tangan terikat dan diikuti kesana kemari oleh mereka, sempat meloloskan diri sejenak dan menyelinap ke kamar Papa untuk memperingati Papa supaya jangan keluar kamar karena ada kawanan perampok di luar yang mencari Papa. Papa segera mengunci pintu kamar, mematikan lampu dan berlutut berdoa memohon keselamatan bagi kami sekeluarga.
- Puji Tuhan, Mama seperti diberi kekuatan oleh Roh Kudus untuk berbicara dan menjawab pertanyaan perampokperampok tersebut dengan tenangnya, bahkan sempat membuat mereka gentar dan segera meninggalkan rumah kami. Karena kalau misalnya Mama tidak tenang, berteriakteriak dan sebagainya, bisa saja mereka menjadi kalap dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
- Bersyukur pada Tuhan, kami sekeluarga selamat. Tidak ada yang menjadi korban jiwa baik secara fisik maupun mental walaupun sempat shock untuk beberapa saat. Dan, kalaupun ada yang terluka, yaitu nenek kami, tapi pemulihannya sangat cepat. Begitu juga Tante dan pegawai sempat terluka karena pukulan tetapi lukanya tidak serius dan membahayakan.
- Kerugian materi yang kami derita tidak seberapa. Mata para perampok itu seperti dibutakan, padahal ada dua buah mobil di garasi depan. Bersyukur mereka tidak mengambilnya. Demikian juga laptop Nancy yang tergeletak di meja kamar dapat terselamatkan. Padahal ponsel Christien yang berada di meja yang sama langsung disambar oleh mereka. Mungkin juga karena kondisi meja yang berantakan dan panik, mereka langsung mengambil apa saja yang berharga yang terlihat
- oleh mata mereka. Sekali lagi, Puji Tuhan! Kuasa Tuhan tidak dapat dilukiskan. Tangan Tuhanlah yang benar-benar menolong kami pada saat itu. Tidak ada seorangpun yang benar-benar bisa membantu kami selain Tuhan. Kami sekeluarga sangat bersyukur bisa selamat. Semua karena pertolongan Tuhan yang ajaib.Haleluya!
- Amin.
No comments:
Post a Comment