Pikiran manusia begitu sempit dan terbatas. Kadang kita tidak mengerti mengapa suatu peristiwa buruk harus terjadi pada kita atau orang-orang yang kita kasihi.
Ketika seorang yang dikenal baik dan taat kepada Tuhan meninggal akibat peristiwa penjambretan, orang-orang yang mengenal saudari seiman ini tidak habis pikir.
Mengapa orang baik ini harus mengalami akhir yang begitu tragis? Mengapa Tuhan mengambilnya begitu cepat, padahal ia begitu sehat dan kuat?
Namun, ketika saya merenungkannya, saya menyadari beberapa hal:
*Tuhan itu Mahakuasa. Ia berdaulat dan bebas menentukan kapan seseorang harus kembali ke rumah-Nya.
*Setelah peristiwa penjambretan, saudari seiman sempat minta tolong satpam kantor di dekat tempat kejadian untuk menelpon rumah adiknya. Dia masih hafal nomor telpon tersebut. Tas dan segala isinya sudah dibawa oleh penjahat. Jadi adiknya bisa datang dan membawanya ke rumah sakit.
*Setelah dirawat di ICU lima hari, dokter mengatakan tidak ada harapan. Keluarga boleh melepas alat bantu napas dan alat-alat lainnya. Keluarga tidak tega. Akhirnya ia meninggal oleh karena kuasa Tuhan dengan segala alat bantu masih terpasang di tubuhnya. Jadi tidak ada penyesalan di pihak keluarga.
*Dokter mengatakan bahwa sejak hari pertama masuk ICU, saraf perasa pasien sudah mati. Jadi walaupun kita kasihan melihatnya terbaring dalam keadaan koma dan banyak selang dan alat bantu, si pasien tidak merasakan penderitaan akibat rasa sakit.
Setelah merenungkan hal-hal tersebut saya sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Seperti kata firman Tuhan dalam Mazmur 121:8 "TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."
Kita selalu bisa melihat campur tangan Tuhan dalam setiap peristiwa dan Ia selalu merancang yang baik untuk anak-anak-Nya, walaupun kadang-kadang selaku manusia kita kurang mengerti atas sulit menerimanya.
Adalah tugas kita untuk menjalani hari-hari yang Tuhan berikan dengan sebaik-baiknya. Menikmati berkat-berkat-Nya, menjadi saluran berkat untuk sesama dan senantiasa menjauhkan diri dari dosa dan memuliakan Dia.
Ketika seorang yang dikenal baik dan taat kepada Tuhan meninggal akibat peristiwa penjambretan, orang-orang yang mengenal saudari seiman ini tidak habis pikir.
Mengapa orang baik ini harus mengalami akhir yang begitu tragis? Mengapa Tuhan mengambilnya begitu cepat, padahal ia begitu sehat dan kuat?
Namun, ketika saya merenungkannya, saya menyadari beberapa hal:
*Tuhan itu Mahakuasa. Ia berdaulat dan bebas menentukan kapan seseorang harus kembali ke rumah-Nya.
*Setelah peristiwa penjambretan, saudari seiman sempat minta tolong satpam kantor di dekat tempat kejadian untuk menelpon rumah adiknya. Dia masih hafal nomor telpon tersebut. Tas dan segala isinya sudah dibawa oleh penjahat. Jadi adiknya bisa datang dan membawanya ke rumah sakit.
*Setelah dirawat di ICU lima hari, dokter mengatakan tidak ada harapan. Keluarga boleh melepas alat bantu napas dan alat-alat lainnya. Keluarga tidak tega. Akhirnya ia meninggal oleh karena kuasa Tuhan dengan segala alat bantu masih terpasang di tubuhnya. Jadi tidak ada penyesalan di pihak keluarga.
*Dokter mengatakan bahwa sejak hari pertama masuk ICU, saraf perasa pasien sudah mati. Jadi walaupun kita kasihan melihatnya terbaring dalam keadaan koma dan banyak selang dan alat bantu, si pasien tidak merasakan penderitaan akibat rasa sakit.
Setelah merenungkan hal-hal tersebut saya sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Seperti kata firman Tuhan dalam Mazmur 121:8 "TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."
Kita selalu bisa melihat campur tangan Tuhan dalam setiap peristiwa dan Ia selalu merancang yang baik untuk anak-anak-Nya, walaupun kadang-kadang selaku manusia kita kurang mengerti atas sulit menerimanya.
Adalah tugas kita untuk menjalani hari-hari yang Tuhan berikan dengan sebaik-baiknya. Menikmati berkat-berkat-Nya, menjadi saluran berkat untuk sesama dan senantiasa menjauhkan diri dari dosa dan memuliakan Dia.
Widya Suwarna
No comments:
Post a Comment