Kami baru saja berkunjung ke suatu daerah. Kami berbincang dengan seorang hamba Tuhan, sebut saja DR, yang melayani Tuhan sejak ia berusia muda hingga sekarang sebagai seorang berusia senja, 70 tahun. Dia bercerita bahwa ketika percaya Yesus, ia diusir dari keluarganya, sampai suatu saat dia bertemu dengan seorang gadis yang mengalami tantangan yang sama. Keduanya pun menikah. Kemudian, mereka membangun rumah di tengah persawahan dan membina mahligai rumah tangga di sana. Hingga suatu ketika banyak pendatang baru mulai berdatangan dan mulai membangun rumah di sekitar lingkungan bapak ini. Para pendatang baru itu tiba-tiba menolak keberadaan bapak DR di lingkungan itu, semata-mata karena beliau seorang Kristen. Bahkan, mereka meneror ke rumah beliau dengan seruan "darahnya halal untuk dibunuh". Saya heran bahwa beliau tidak menunjukkan kesedihannya ketika menceritakan pengalaman tersebut. Akhir-akhir ini, beliau membina iman beberapa petobat baru yang berprofesi sebagai tukang becak. Para tukang becak itu tidak diperbolehkan lagi menyewa becak karena si pemilik becak berbeda keyakinan dari mereka. Oleh sebab itu, Bapak DR mengusahakan agar para tukang becak binaannya itu dapat bekerja lagi. Kami menanyakan berapa harga sebuah becak, lalu kami spontan segera memberikan sejumlah uang kepada beliau untuk membelikan mereka becak baru, sebagai cara menolong saudara-saudara kita yang menderita karena Kristus. Kita telah melihat contoh yang baik tentang saudara-saudara seiman yang menderita karena Kristus. Kita yang tinggal di kota mungkin tidak pernah mengalami tantangan seperti mereka. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama sabar menderita selama masih di bumi ini. Jmudah putus asa, kecewa, dan tawar hati. Pandanglah ke sekeliling yang lebih menderita daripada kita. Yesus dicambuk, dihina, dan disalibkan untuk menguatkan kita semua. Namun, tidak selamanya jalan yang kita lalui itu berat. Yesus telah bangkit dalam kemuliaan-Nya. Ia akan datang kembali sebagai hakim yang adil. Bangkitlah saudara-saudara dari keterpurukanmu!
Diambil dari: Judul buletin: Kasih dalam Perbuatan, Edisi Maret -- April 2005 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Kasih dalam Perbuatan, Surabaya Halaman: 1
No comments:
Post a Comment