51 merupakan suatu contoh yang luar biasa tentang pengakuan. Kadang-kadang, Anda ingin mengakui secara spesifik dosa-dosa yang telah Anda perbuat, sedangkan pada waktu-waktu lain Anda hanya perlu mengakui kelemahan-kelemahan Anda secara umum di hadirat Tuhan. Suatu segi yang penting dalam pengakuan sering kali adalah sekadar mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan Anda tentang berbagai hal. Kitab Mazmur penuh dengan apa yang dapat kita sebut "pengakuan negatif", di dalam pengakuan itu pemazmur mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan hatinya, betapa kecewanya ia terhadap Allah, dan seterusnya.
"Aku kehabisan tenaga dan remuk redam aku merintih karena degap-degup jantungku." (Mazmur 38:9) Pemazmur melakukan hal ini bukan untuk bergelimang dalam sikap mengasihani dirinya sendiri, tetapi untuk mengawali doanya dengan kejujuran. Dalam Mazmur 38 dan di bagian lain, Daud menyelingi keterusterangan semacam ini dengan keputusan-keputusan untuk memercayakan diri kepada Tuhan, walaupun hal tersebut bertentangan dengan perasaan-perasaannya dan dengan permohonan-permohonannya kepada Allah yang dipercayainya. "Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu; jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang dan cahaya mataku pun lenyap daripadaku Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitku dan sanak saudaraku menjauh.... Tetapi aku seperti orang tuli, aku tidak mendengar seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya.... Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap Engkau yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku.... Ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku Jangan tinggalkan aku, ya Tuhan, Allahku janganlah jauh daripadaku! Segeralah menolong aku,
ya Tuhan, keselamatanku!" (Mazmur 38:10-12, 14, 16, 19, 22-23) Mengakui perasaan-perasaannya dan sikap-sikapnya yang berdosa menolong Daud untuk melepaskan dosa-dosa itu dan mengambil keputusan untuk memercayakan diri kepada Allah. Berikut ini ada dua peringatan yang perlu diingat dalam pengakuan.
1. Jangan memupuk perasaan bersalah. Sering kali, supaya pasti, kita perlu minta ampun untuk sesuatu yang jelas dan pasti. Kalau demikian tidak akan ada kesulitan apa-apa. Tetapi, sama seperti Anda, saya sering berada di dalam keadaan kurang pasti yang sulit diatasi: entah itu merupakan suatu perasaan berdosa yang samar-samar atau merupakan suatu pembenaran diri yang diam-diam dan sama samar-samarnya. Apakah yang harus kita lakukan bila berada di dalam keadaan yang demikian? Secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa orang tidak dapat melakukan sesuatu secara langsung terhadap kedua perasaan semacam itu. Orang tidak boleh memercayai yang mana pun dari keduanya itu. Memang, bagaimana mungkin hal yang samar seperti kabut itu dapat dipercaya? Saya kembali pada ucapan Rasul Yohanes: "Jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita" (1 Yohanes 3:20). dan demikian pula, jika hati kita merayu kita, Allah itu lebih besar daripada hati kita .... Jika saya benar, kesimpulannya ialah bahwa apabila suara hati kita tidak memojokkan kita dengan tegas melainkan hanya menuduh samar-samar atau membenarkan samar-samar, kita harus berkata kepadanya, "Diamlah, jangan banyak mulut" -- dan berjalanlah terus.
2. Jangan menjadikan pengakuan itu sebagai pengganti pertobatan. Penyesalan yang dalam bukanlah pertobatan. yang pertama merupakan perasaan dan kata-kata sedangkan yang kedua merupakan tindakan.
No comments:
Post a Comment