Jacky Alexander, yang lebih dikenal dengan nama Jacky Bonano, adalah seorang pemuda yang telah mengenal dunia kekerasan sejak usia remaja. Jacky belajar karateka semenjak remaja dan di sana ia mendapatlkan banyak hal, diajar secara keras untuk menjadi seorang laki-laki di antara laki-laki. Saat itu untuk sekali push up, Jacky bisa mencapai hitungan 250 dan sekali sit up bisa sampai hitungan 2500 (dua ribu lima ratus.... beneran lho). Fisik Jacky benar-benar dilatih untuk menjadi seorang petarung. Setiap hari ia dilatih untuk fighting. Ditambah lagi kakaknya juga mengikuti kegiatan karate yang sama dengan Jacky sehingga mereka berdua sering diadu oleh guru karatenya.
Di usia remaja Jacky sudah tinggal dengan keluarga angkat. Mereka memberikan pendidikan yang terbaik, penuh kasih sayang bahkan lebih perhatian bila dibandingkan dengan keluarga kandungnya. Jacky sungguh-sungguh dapat merasakan bahwa kedua oranghtua angkatnya begitu mengasihi dirinya dengan segenap hati mereka. Namun kebahagiaan itu hanya sementara karena kedua orangtua angkatnya harus berpisah dan kesendirian menjadi bagian dari jalan hidup Jacky.
"Sewaktu aku kelas 1 SMA, mereka bercerai, mereka mulai sibuk dengan urusannya masing-masing," ujar Jacky mengisahkan masa kelabu dalam hidupnya.
Peristiwa itu membawa Jacky kembali kepada memori masa kecilnya yang tidak pernah bisa ia lupakan. Kedua orangtua Jacky bercerai ketika ia masih kecil. Keributan yang kerap timbul di antara kedua orangtua kandungnya saat itu adalah karena perselingkuhan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai karena tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Kekecewaan, amarah dan sakit hati merenggut semua kepolosan yang ia miliki. Dunia Jacky berubah menjadi dunia yang penuh dengan kekerasan. Perkelahian menjadi hal yang biasa bagi Jacky karena ia sendiri sudah terbiasa menerima pukulan dari pelajaran karate yang diikutinya.
Kebebasan dan keliaran menjadi bagian hidup Jacky selanjutnya. Seperti kuda yang lepas dari kandangnya, ia menikmati kehidupan mencari kebahagiaan. Bagi Jacky, teman adalah keluarganya yang paling dekat saat itu. Jadi apapun yang dilakukan oleh teman-temannya akan dilakukan juga oleh dirinya. Tidak ada yang dapat melarangnya.
Semua perilaku Jacky dimulai dari rasa benci yang timbul di dalam hatinya, kebencian akan segala hal yang ada di jalan hidupnya. Jacky membenci kedua orangtuanya yang harus bercerai karena masalah orang ketiga, dan di usia remaja kembali orangtua angkatnya harus bercerai. Semua keadaan itu membuat Jacky tidak perduli akan lingkungan dan kehidupan keluarganya lagi. Baginya dunia yang dijalaninya sendiri adalah cara hidup yang terbaik. Jacky menemukan kehidupan baru bersama dengan teman-temannya.
Gemerlap dunia hiburan dan kehidupan malam membuatnya jatuh dalam narkoba dan perkelahian. Kehidupan Jacky pun tidak menjadi semakin baik, karena dunia yang dihidupinya saat itu justru penuh dengan godaan yang akan menyeretnya semakin dalam ke dalam kehancuran. Jacky bisa berada di diskotik dari hari Jumat dan sampai Senin dia belum beranjak dari diskotik itu. Narkoba yang dikonsumsinya pun bisa mencapai 25 butir saat itu. Halusinasi memenuh pandangan Jacky saat itu. Ia melihat semua orang yang ada di diskotik itu memegang pisau dan ingin menusuk dirinya. Dalam ketidaksadarannya, Jacky menyerang semua pengunjung diskotik sehingga menimbulkan keonaran. Semua rasa ketakutan, perasaan kangen akan orangtuanya, namun di saat yang bersamaan kebencian kepada orangtuanya berkecamuk menjadi satu.
"Yang aku rasakan di dalam lubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya adalah kesepian, sendirian, merasa tidak punya siapa-siapa, merasa diri sendirian. Aku benar-benar tidak ingin mengingat masalah keluargaku ataupun masalah-masalah yang lain. Aku hanya ingin fun saja dan melupakan semua masalah itu. Kalau sedang memakai drugs, aku benar-benar bisa melebihi dari dosis yang seharusnya," kisah Jacky.
Banyak hal-hal aneh yang Jacky alami akibat pengaruh obat yang dikonsumsinya. Ia bisa saja tahu-tahu melihat taksi di dance floor, atau melihat sosok ayahnya dan berbicara dengan ayahnya, padahal sebenarnya itu adalah orang lain yang tidak dikenalnya. Karena memang Jacky sendiri tidak bertemu dengan ayah kandungnya untuk waktu yang cukup lama. Belakangan Jacky baru mengetahui kalau ayah kandungnya masuk penjara pada saat itu. Di saat mabuk itu, Jacky sebenarnya sedang merindukan sosok keluarganya sehingga merekalah yang sering muncul dalam segala halusinasi yang dialaminya.
Masih terekam dengan jelas di ingatan Jacky akan segala memori indah yang pernah dialaminya bersama dengan keluarganya. Bagaimana mereka masih bisa berkumpul bersama, bermain-main di pantai, penuh canda tawa dengan kedua orangtuanya. Namun semua keadaan itu hilang seiring dengan perceraian kedua orangtuanya.
Sebenarnya Jacky ingin keluar dari kehidupan gelap yang dijalaninya. Namun ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya. Tidak ada yang menuntun maupun memberitahukan kepadanya saat itu apa yang harus dilakukannya. Karena semua hal yang dijalaninya saat itu sebenarnya hanya pelarian Jacky akan segala kemelut yang ada di keluarganya.
Hidup Jacky bagaikan terpenjara dalam sebuah kekecewaan. Kerinduan besar untuk sebuah pertolongan mengalir deras dari hatinya. Sepulang dari diskotik bersama dengan keempat temannya, Jacky melanjutkan perjalanan ke Bandung. Saat itu Jacky yang mengendarai kendaraan masih di bawah pengaruh obat-obatan. Ia merasakan badannya sepertinya mau rontok dan sudah hancur-hancuran. Dan di saat itulah, Jacky menjerit kepada Tuhan dari dalam hatinya. Ia ingin berubah dan meninggalkan semua dosa yang telah dilakukannya selama ini, kehidupan malam, rokok, seks bebas, alkohol...
Malam itu, tangan yang penuh kasih dan pengampunan dari Yesus Kristus terulur dan menjamah hidup Jacky. Saat itu Jacky akhirnya pergi ke rumah Zack Lee, sahabatnya. Meskipun Zack tahu Jacky sedang mabuk, namun Zack tetap mengajak Jacky untuk berdoa bersamanya malam itu. Tidak sampai di situ, Zack Lee juga memperkenalkan kasih Kristus kepada Jacky. Kasih itu memampukan Jacky untuk keluar dari penjara dosa yang selama ini mengurungnya.
Ayat yang menjadi pegangan Jacky saat itu adalah Mazmur 9:19, Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara.
"Ayat ini telah menjawab semua pertanyaanku selama ini. Bahwa selama ini aku termasuk orang sengsara, ditinggalkan orang-orang yang aku kasihi, tapi Tuhan mengingatkanku bahwa tidak untuk selamanya aku miskin, tidak untuk selamanya aku sengsara, dan Tuhan akan tepati janjinya," kisah Jacky.
Tidak mudah memang untuk menjalani kehidupan barunya karena ajakan teman-teman lamanya kerap masih menggodanya.
Tirsha, adik Jacky, memberikan kesaksian akan perubahan yang terjadi pada hidup Jacky saat ini. Tirsha berkata, "Jacky sekarang orangnya kebapakan. Dibandingkan dulu, Jacky orangnya cuek dan tidak mau tahu, ada masalah apapun di keluarganya dia tidak mau tahu. Sekarang Jacky lebih perduli, lebih care."
"Drastis yah...Dia yang dulunya tukang mabuk, tukang tripping, suka berantem, tapi sekarang Jacky berubah luar biasa. Jacky yang sekarang sudah tidak pernah mabuk lagi, tidak pernah keluar malam lagi, tidak pernah narkoba lagi. Yang pasti Jacky sudah berubah luar biasa," ujar Zack Lee menambahkan.
"Keluarga aku yang tadinya berantakan, diri aku sendiri yang tadinya berantakan, Tuhan pulihkan. Keluarga juga Tuhan pulihkan. Biarpun tercerai berai, kakakku dimana, adikku dimana, mama papa tidak jelas dimana, tapi sekarang ini Tuhan telah mempersatukan mereka kembali. Papa mamaku sekarang tinggal bersama di Sorong, dan papa mama yang mengadopsi aku mereka juga bisa bersatu kembali. Sekarang hidup kami penuh dengan kebahagiaan dan sukacita. Hidup kami bisa menjadi berkat. Aku tidak pernah menyesal menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatku. Karena Tuhan Yesus itu tidak pernah meninggalkanku walau sedetikpun. Dia tidak pernah mengecewakan aku. Walaupun papa mama, keluargaku berantakan semua, tidak ada yang perduli sama aku, tapi Yesus tetap ada untuk aku. Dan saya jatuh cinta banget sama Tuhan Yesus," ujar Jacky menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 29 Juli 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
No comments:
Post a Comment