Kesaksian ini berbicara tentang pergaulan yang salah, membuat saya hidup dalam dunia narkoba. Karena saya banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik saat bertumbuh dewasa.
Pesta Narkoba, selalu lolos dari polisi
Ketika saya (ES) masuk ke kamar hotel, saya melihat teman-teman saya sedang pesta narkoba. Tiba-tiba polisi menyerbu tempat itu, namun saya tidak tertangkap dalam penggerebekan karena sudah lebih dahulu keluar dari tempat itu. Kejadian nyaris seperti ini sering kali terjadi, namun saya selalu lolos. Tuhan memang sangat baik, Ia selalu menjaga saya, walaupun saat itu saya tidak menyadari bahwa Ia ingin menyatakan kasih-Nya dan ingin saya datang pada-Nya.
Saya sebenarnya datang dari keluarga Kristen yang taat. Orang tua saya majelis gereja, kakak dan adik saya sangat aktif di gereja. Tapi entah mengapa, dari kecil saya ini bandel. Saya ke sekolah minggu mendengar tentang Tuhan Yesus, namun menjelang dewasa hidup saya jauh dari Tuhan. Mungkin karena saya banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik saat bertumbuh dewasa.
Saya menikah
Pada tahun 1977, dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 19 tahun, saya menikah. Kemudian, dari Magelang saya pindah ke Jakarta untuk bekerja. Dalam pikiran saya saat itu hanya cari uang, cari uang, dan cari uang. Tuhan begitu baik, saya diberi kesempatan untuk memiliki uang yang cukup berlimpah. Tapi karena saya tidak berada di dalam Tuhan dan punya pergaulan yang salah, maka ekonomi saya jatuh bangun. Ketika saya memiliki uang, setiap hari saya pergi ke diskotek dan mabuk-mabukan, walaupun saya sadar bahwa saya sudah punya keluarga.
Hidup saya jauh sekali dari Tuhan, namun saya tidak pernah takut. Saya ingat bahwa saya terbiasa berdoa Doa Bapa Kami -- karena cuma doa itu saja yang saya tahu -- walaupun saya baru melakukan dosa. Pagi-pagi saya bangun dan berdoa Doa Bapa Kami, namun dosa-dosa itu tetap saya ulangi lagi. Doa sebelum makan pun sudah terbiasa saya jalani, tetapi hidup dan kelakuan saya tidak seperti orang Kristen.
Peceraian membuat saya kenal narkoba
Tahun 1989, setelah 12 tahun berumah tangga, istri saya sudah tidak tahan lagi akan kelakuan saya dan meminta cerai. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi yang naik turun, kadang bagus sekali, kadang habis-habisan. Saya juga memang sering berselingkuh, sehingga dia tidak tahan dan meminta untuk berpisah. Sebenarnya saya tidak mau, tapi saya tidak punya pilihan lain.
Di kemudian hari saya sangat menyesali perceraian itu, namun untuk kembali tidak mungkin, karena ia sudah menikah dengan orang lain. Setelah perceraian itu, saya mulai kenal dengan narkoba yang membuat hidup saya bertambah hancur. Semua jenis narkoba saya pakai, beberapa di antaranya bahkan sampai saya konsumsi setiap hari. Saya ketakutan kalau mulai kehabisan narkoba. Kalau hanya tinggal sedikit, harus segera beli lagi supaya perasaan saya aman.
Jika sedang dalam perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri, saya harus membawanya untuk persediaan. Dengan menyelipkannya di lipatan-lipatan pakaian, saya selalu berhasil lolos dari pemeriksaan. Padahal banyak teman saya yang tertangkap karena melakukan hal yang sama, tapi saya tidak takut.
Beberapa kali saat saya sedang pesta narkoba di hotel, saya selalu lolos dari penggerebekan polisi. Hal itu terjadi karena penggerebekan selalu terjadi saat saya baru keluar dari kamar tempat pesta narkoba. Dalam pemeriksaan oleh polisi, saya selalu lolos, padahal saat itu saya sedang membawa narkoba tapi mereka tidak berhasil menemukannya.
Suatu hari saat sedang pesta narkoba menyambut tahun baru 2002 di Bali, mendadak saya teringat anak saya. Saya tidak tahu saat itu bahwa Tuhanlah yang mengingatkan saya. Anak saya yang perempuan itu sudah dewasa, bahkan sudah mau dilamar. Saya kemudian melihat pada diri saya sendiri. Ayah macam apa saya ini? Begitu kacau kehidupannya.
Tiba-tiba, ada sebuah dorongan besar untuk menghentikan semua yang sedang saya lakukan saat itu dan segera pulang ke rumah, walaupun rencananya masih ada seminggu saya berpesta di sana. Saat itu sebenarnya Tuhan sedang menjamah hidup saya dan mulai mengubahkannya. Saya pulang ke Jakarta dengan keinginan untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Namun anehnya, saya mampu berhenti total dan tidak merasakan ketagihan sama sekali. Itu adalah mukjizat Tuhan. Saat itu saya tidak sadar bahwa itu adalah jamahan-Nya juga.
Kebaktian keluarga
Bulan Maret 2002 saya bangkrut, utang saya di mana-mana. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi agar saya benar-benar berserah hanya kepada Dia. Suatu hari keluarga saya mengajak untuk kebaktian keluarga. Biasanya, saya tidak mau dan menghindar dengan bermacam-macam alasan. Kalau semua keluarga saya berkumpul, saya merasa risih karena saya tahu kalau saya itu bandel. Tapi kali itu entah kenapa saya bersemangat untuk mengikuti ibadah itu.
Mereka masuk ke kamar saya dan mengunci pintu. Setelah itu, mereka mengajak saya untuk berdoa. Mereka mulai bermain gitar, bernyanyi memuji Tuhan sambil berdoa. Saya mengikutinya dan kemudian saya merasakan sebuah sukacita. Tanpa terasa saya berdoa selama 2 jam saat itu. Saya diperlihatkan kilasan-kilasan masa lalu dalam kehidupan saya dan menyadari betapa kebaikan Tuhan menyertai hidup saya. Hari itu saya merasakan sebuah sukacita yang luar biasa.
Untuk pertama kalinya, saya merasakan begitu berdosa. Kilasan masa lalu kelam yang saya perbuat ditampilkan di benak saya, dan saya menangis minta ampun pada Tuhan atas semua kesalahan saya. Dari sebuah kebaktian keluarga yang sederhana dan doa yang sederhana telah berubah menjadi sebuah titik balik dalam kehidupan saya. Sejak saat itu kehidupan saya secara perlahan dipulihkan dari utang yang begitu banyak. Bila ada masalah, saya tidak cari orang untuk menolong saya. Yang saya lakukan adalah mengunci pintu kamar, berlutut, berdoa, dan berseru, "Tuhan tolong saya...."
Kemudian Tuhan menyediakan komunitas bagi saya untuk bertumbuh di dalam-Nya. Saya pun menyadari bahwa komunitas yang benar itu sangat penting dalam kehidupan iman kita. Pada tahun 1986 saya pernah bertobat dan dibaptis. Namun, hal itu tidak bertahan lama, hanya sekitar 6 bulan, saya pun kembali pada kehidupan yang lama karena tidak punya komunitas yang benar.
Dulu tanpa komunitas tempat bertumbuh, keinginan saya kalah dengan ajakan teman-teman saya untuk melakukan kesenangan yang mendukakan hati Tuhan. Namun sekarang, setelah memiliki komunitas yang benar, giliran mereka yang kalah terhadap ajakan saya untuk mengikuti Tuhan Yesus. Dalam komunitas itu sungguh luar biasa. Saya melihat orang-orang berubah hidupnya, dan orang-orang melihat saya juga berubah hidupnya. Hal itu membuat kita sungguh bersemangat. Bertahun-tahun saya menjadi pecandu narkoba, dan puluhan tahun saya merokok, namun kini semuanya itu telah dilepaskan oleh Tuhan. Teman-teman saya yang lama terheran-heran melihat saya bisa berubah, sehingga mereka pun turut mau diubahkan.
Tuhan itu sungguh luar biasa. Sungguh menyenangkan melihat orang berubah, bagaimana mereka diubahkan oleh Yesus yang ajaib. Kini, saya punya sukacita dan hobi yang baru, yaitu mengajak orang untuk mengenal Yesus Kristus Tuhan yang luar biasa.
Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s
Pesta Narkoba, selalu lolos dari polisi
Ketika saya (ES) masuk ke kamar hotel, saya melihat teman-teman saya sedang pesta narkoba. Tiba-tiba polisi menyerbu tempat itu, namun saya tidak tertangkap dalam penggerebekan karena sudah lebih dahulu keluar dari tempat itu. Kejadian nyaris seperti ini sering kali terjadi, namun saya selalu lolos. Tuhan memang sangat baik, Ia selalu menjaga saya, walaupun saat itu saya tidak menyadari bahwa Ia ingin menyatakan kasih-Nya dan ingin saya datang pada-Nya.
Saya sebenarnya datang dari keluarga Kristen yang taat. Orang tua saya majelis gereja, kakak dan adik saya sangat aktif di gereja. Tapi entah mengapa, dari kecil saya ini bandel. Saya ke sekolah minggu mendengar tentang Tuhan Yesus, namun menjelang dewasa hidup saya jauh dari Tuhan. Mungkin karena saya banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik saat bertumbuh dewasa.
Saya menikah
Pada tahun 1977, dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 19 tahun, saya menikah. Kemudian, dari Magelang saya pindah ke Jakarta untuk bekerja. Dalam pikiran saya saat itu hanya cari uang, cari uang, dan cari uang. Tuhan begitu baik, saya diberi kesempatan untuk memiliki uang yang cukup berlimpah. Tapi karena saya tidak berada di dalam Tuhan dan punya pergaulan yang salah, maka ekonomi saya jatuh bangun. Ketika saya memiliki uang, setiap hari saya pergi ke diskotek dan mabuk-mabukan, walaupun saya sadar bahwa saya sudah punya keluarga.
Hidup saya jauh sekali dari Tuhan, namun saya tidak pernah takut. Saya ingat bahwa saya terbiasa berdoa Doa Bapa Kami -- karena cuma doa itu saja yang saya tahu -- walaupun saya baru melakukan dosa. Pagi-pagi saya bangun dan berdoa Doa Bapa Kami, namun dosa-dosa itu tetap saya ulangi lagi. Doa sebelum makan pun sudah terbiasa saya jalani, tetapi hidup dan kelakuan saya tidak seperti orang Kristen.
Peceraian membuat saya kenal narkoba
Tahun 1989, setelah 12 tahun berumah tangga, istri saya sudah tidak tahan lagi akan kelakuan saya dan meminta cerai. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi yang naik turun, kadang bagus sekali, kadang habis-habisan. Saya juga memang sering berselingkuh, sehingga dia tidak tahan dan meminta untuk berpisah. Sebenarnya saya tidak mau, tapi saya tidak punya pilihan lain.
Di kemudian hari saya sangat menyesali perceraian itu, namun untuk kembali tidak mungkin, karena ia sudah menikah dengan orang lain. Setelah perceraian itu, saya mulai kenal dengan narkoba yang membuat hidup saya bertambah hancur. Semua jenis narkoba saya pakai, beberapa di antaranya bahkan sampai saya konsumsi setiap hari. Saya ketakutan kalau mulai kehabisan narkoba. Kalau hanya tinggal sedikit, harus segera beli lagi supaya perasaan saya aman.
Jika sedang dalam perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri, saya harus membawanya untuk persediaan. Dengan menyelipkannya di lipatan-lipatan pakaian, saya selalu berhasil lolos dari pemeriksaan. Padahal banyak teman saya yang tertangkap karena melakukan hal yang sama, tapi saya tidak takut.
Beberapa kali saat saya sedang pesta narkoba di hotel, saya selalu lolos dari penggerebekan polisi. Hal itu terjadi karena penggerebekan selalu terjadi saat saya baru keluar dari kamar tempat pesta narkoba. Dalam pemeriksaan oleh polisi, saya selalu lolos, padahal saat itu saya sedang membawa narkoba tapi mereka tidak berhasil menemukannya.
Suatu hari saat sedang pesta narkoba menyambut tahun baru 2002 di Bali, mendadak saya teringat anak saya. Saya tidak tahu saat itu bahwa Tuhanlah yang mengingatkan saya. Anak saya yang perempuan itu sudah dewasa, bahkan sudah mau dilamar. Saya kemudian melihat pada diri saya sendiri. Ayah macam apa saya ini? Begitu kacau kehidupannya.
Tiba-tiba, ada sebuah dorongan besar untuk menghentikan semua yang sedang saya lakukan saat itu dan segera pulang ke rumah, walaupun rencananya masih ada seminggu saya berpesta di sana. Saat itu sebenarnya Tuhan sedang menjamah hidup saya dan mulai mengubahkannya. Saya pulang ke Jakarta dengan keinginan untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Namun anehnya, saya mampu berhenti total dan tidak merasakan ketagihan sama sekali. Itu adalah mukjizat Tuhan. Saat itu saya tidak sadar bahwa itu adalah jamahan-Nya juga.
Kebaktian keluarga
Bulan Maret 2002 saya bangkrut, utang saya di mana-mana. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi agar saya benar-benar berserah hanya kepada Dia. Suatu hari keluarga saya mengajak untuk kebaktian keluarga. Biasanya, saya tidak mau dan menghindar dengan bermacam-macam alasan. Kalau semua keluarga saya berkumpul, saya merasa risih karena saya tahu kalau saya itu bandel. Tapi kali itu entah kenapa saya bersemangat untuk mengikuti ibadah itu.
Mereka masuk ke kamar saya dan mengunci pintu. Setelah itu, mereka mengajak saya untuk berdoa. Mereka mulai bermain gitar, bernyanyi memuji Tuhan sambil berdoa. Saya mengikutinya dan kemudian saya merasakan sebuah sukacita. Tanpa terasa saya berdoa selama 2 jam saat itu. Saya diperlihatkan kilasan-kilasan masa lalu dalam kehidupan saya dan menyadari betapa kebaikan Tuhan menyertai hidup saya. Hari itu saya merasakan sebuah sukacita yang luar biasa.
Untuk pertama kalinya, saya merasakan begitu berdosa. Kilasan masa lalu kelam yang saya perbuat ditampilkan di benak saya, dan saya menangis minta ampun pada Tuhan atas semua kesalahan saya. Dari sebuah kebaktian keluarga yang sederhana dan doa yang sederhana telah berubah menjadi sebuah titik balik dalam kehidupan saya. Sejak saat itu kehidupan saya secara perlahan dipulihkan dari utang yang begitu banyak. Bila ada masalah, saya tidak cari orang untuk menolong saya. Yang saya lakukan adalah mengunci pintu kamar, berlutut, berdoa, dan berseru, "Tuhan tolong saya...."
Kemudian Tuhan menyediakan komunitas bagi saya untuk bertumbuh di dalam-Nya. Saya pun menyadari bahwa komunitas yang benar itu sangat penting dalam kehidupan iman kita. Pada tahun 1986 saya pernah bertobat dan dibaptis. Namun, hal itu tidak bertahan lama, hanya sekitar 6 bulan, saya pun kembali pada kehidupan yang lama karena tidak punya komunitas yang benar.
Dulu tanpa komunitas tempat bertumbuh, keinginan saya kalah dengan ajakan teman-teman saya untuk melakukan kesenangan yang mendukakan hati Tuhan. Namun sekarang, setelah memiliki komunitas yang benar, giliran mereka yang kalah terhadap ajakan saya untuk mengikuti Tuhan Yesus. Dalam komunitas itu sungguh luar biasa. Saya melihat orang-orang berubah hidupnya, dan orang-orang melihat saya juga berubah hidupnya. Hal itu membuat kita sungguh bersemangat. Bertahun-tahun saya menjadi pecandu narkoba, dan puluhan tahun saya merokok, namun kini semuanya itu telah dilepaskan oleh Tuhan. Teman-teman saya yang lama terheran-heran melihat saya bisa berubah, sehingga mereka pun turut mau diubahkan.
Tuhan itu sungguh luar biasa. Sungguh menyenangkan melihat orang berubah, bagaimana mereka diubahkan oleh Yesus yang ajaib. Kini, saya punya sukacita dan hobi yang baru, yaitu mengajak orang untuk mengenal Yesus Kristus Tuhan yang luar biasa.
Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s
No comments:
Post a Comment