mengaPa kiTa memBeri?
Testimony written by Herlina Fu (Alink)
Sebagai orang Kristen, kita sering kali mendengar dan diajarkan untuk memberi. Lewat persembahan yang dijalankan setiap hari minggu maupun perpuluhan yang kita beri, tanpa kita sadari
kita kadang kala memberi karna itu telah menjadi kewajiban dan rutinitas. Mungkin juga karna kita merasa kasihan terhadap sesama kita yang sedang mengalami kesusahan, kita digerakan untuk memberi. Pernahkah kita berpikir sebenarnya kenapa kita perlu memberi? Alasan utama yang sering kita dengar adalah “untuk mengembalikan sebagian berkat yang telah kita terima dari Tuhan, karna Tuhan telah terlebih dahulu memberikan hidupNya bagi kita atau karna itu adalah bagian dari firman Tuhan: Berilah maka engkau akan diberi.” Sayapun selalu berpikir bahwa kita harus memberi karna salah satu dari alasan diatas. Namun ternyata ada alasan lain yang jauh lebih menyenangkan hati Tuhan yakni memberi sebagai wujud dari sikap hati kita yang mengasihi Tuhan. Saya ingat dulu pada waktu saya masih tinggal di Indonesia, ada seorang anak kecil yang masih duduk dikelas 1 SMP. Dia tinggal ditempat yang cukup jauh dari gerja tempat kami beribadah. Pada suatu minggu dia datang beribadah dengan baju yang dibasahi oleh keringat. Ketika diselidiki ternyata dia datang dengan berjalan kaki dari rumahnya. Jarak tempuh rumahnya menuju gereja kira-kira 1jam dan harus melewati bukit (kalau saya yang jalan bisa sampai 2jam). Waktu teman saya bertanya apa dia tidak punya uang untuk naik angkot, dengan polosnya anak ini menjawab “Ada Rp1,000 tapi kalau uangnya dipakai naik angkot, nanti saya gak bisa kasih persembahan.” Mendengar jawabannya saya bisa merasakan betapa senangnya Tuhan saat menerima persembahan dari anak ini. Kejadian ini menjadi rhema yang begitu kuat didalam hidup saya. Setiap kali akan memberi, saya selalu ingat anak ini dan bahwa saya datang untuk memberi sebagai wujud sikap hati yang mengasihi Tuhan dan bukan untuk diberi kembali atau diberkati 100x lipat. Kalaupun pemberian kita dikembalikan berlipat kali ganda, itu merupakan bonus yang tidak perlu menjadi fokus atau tujuan kita saat memberi.
Memang benar bahwa Tuhan telah memberikan nyawa-Nya dan meberkati hidup kita dengan melimpah. Namun semua itu merupakan anugrah, artinya sesuatu yang kita dapatkan walaupun kita tidak layak menerimanya. Sekalipun dengan meberikan seluruh harta kita, kita tidak dapat mengembalikan sedikitpun dari apa yang telah Tuhan berikan. Yang dapat kita persembahkan adalah hati yang mengasihi Tuhan yang kita wujudkan lewat pemberian kita.
Sikap hati dalam memberi ini tidak bisa diukur oleh jumlah dan cara kita mempersembahkan. Namun hanya orang yang menerima pemberian kita yang dapat mengetahui dan merasakan apakah pemberian kita diberikan dengan sikap hati yang tulus atau dengan embel-embel yang mengikuti. Seperti dulu waktu saya baru mulai bekerja di Singapore, ketika pulang ke Indonesia untuk liburan, saya ingin membelikan dompet untuk papa saya. Bukan karna papa saya sedang perlu dompet, karna saya harus membawa oleh-oleh atau karna papa saya telah membiayai saya hingga lulus sekolah sehingga saya dapat bekerja, tapi karna hati saya begitu rindu untuk memberikan sesuatu
dengan uang yang baru dapat saya hasilkan sendiri. Ketika saya berikan kado tersebut, Papa saya tidak bisa berkata apa-apa, demikian pula dengan saya. Perasaan yang beigtu senang karna saya yakin papa saya sangat bahagia dan terharu menerima kado tersebut. Bahkan sampai saat ini dompet itu disimpan karna beliau tidak sampai hati untuk memakainya.
Biarlah saat kita memberikan materi, waktu, usaha, pikiran dan talenta yang kita miliki, kita belajar untuk memberikannya dengan sikap hati yang dapat menyentuh dan menyenangkan hati Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!
mengaPa kiTa memBeri?
Wednesday, January 23, 2013 on Label: Artikel
amien
No comments:
Post a Comment