Kebanyakan
orang yang menyanyikan pujian: “Anug'rah yang menakjubkan, betapa indah
kedengarannya, yang menyelamatkan sampah (wretch: good for nothing, devil,
never do well, villain, rascal, rouge, …. MW Dictionary) seperti saya,” tidak
lagi memiliki perasaan yang sama seperti yang dirasakan John Newton pada saat
itu. Dan jika pernah ada sampah yang pernah diselamatkan secara luar biasa oleh
anugerah Tuhan, maka orang yang menulis kalimat ini, menuliskannya sebagai
suatu pernyataan pribadi. John Newton, lahir di London, anak seorang kapten
kapal yang sangat dihormati, pada awalnya mendedikasikan diri kepada pelayanan
Kristen, akibat ibunya yang sangat taat. Pelatihan keagamaannya bermula pada
masa kecil dan ketika dia berusia 4 tahun, dia dapat dengan lancar menghafalkan
bait-bait dari Katekismus Wesminster dan lagu-lagu pujian karangan Isaac Watts.
Ketika berusia 11 tahun, dia berlayar ke Mediterania bersama ayahnya, tetapi
pada usia 17 tahun, dia meninggalkan semua atribut keagamaannya dan beralih
pada penyembahan kepada iblis. Hanya karena kekasihnya Mary Catlett, yang
dicintainya sejak 1742, tapi akhirnya baru dinikahi tahun 1750, yang
menyinarkan sedikit cahaya kemanusiaan dalam hatinya. Dia meninggalkan
kapalnya, dan dibawa kembali seperti seorang tawanan. Sangat besar hukuman yang
harus ditanggungnya, hingga dia berencana untuk melakukan bunuh diri, hanya
karena cintanya yang sangat besar kepada Mary, yang tetap membuatnya bertahan.
Setelah menjalani masa hukumannya, dia memulai suatu karier yang begitu keji,
hingga teman-temannya mulai meragukan akal sehatnya. Tinggal bersama beberapa
waktu di antara para pedagang budak di Sierra Leone, dia diperlakukan sangat
buruk oleh istri majikannya, seorang Portugis berkulit hitam. Belakangan
kemudian, dia berkata,”Jika Anda pernah melihat saya begitu dalam mimpi buruk,
dan malam hari sendiri mencuci pakaian saya di bebatuan, setelah itu
mengenakannya walau masih basah, agar dapat kering di punggung saya ketika saya
tidur; jika Anda pernah melihat saya sebagai seseorang yang begitu miskin yang
ketika sebuah kapal berlabuh di pulau, malu kadang mendatangi saya hingga saya
ingin menyembunyikan muka saya dibalik pepohonan, menghindari tatapan mata
orang-orang asing; jika Anda tahu bahwa tingkah laku saya, prinsip hidup saya,
dan hati saya masih lebih hitam dari kondisi fisik saya – betapa sangat kecil
kemungkinan Anda akan membayangkan bahwa seseorang seperti itu dijaga dengan
begitu baik dengan providensi dan kebaikan yang luar biasa oleh Allah.”
Kemudian ditambahkan, ”Satu-satunya keinginan baik yang tersisa hanyalah
kembali ke Inggris dan menikahi Mary.” Setelah dipermalukan dan penderitaan
yang berlanjut, dia berada di atas sebuah kapal yang menuju ke Inggris, menghabiskan
beberapa hari yang sepi di laut membaca “Imitation of Christ (Thomas A.
Kempis).” Ketika sebuah badai besar mengamuk, dia menganggap dirinya seperti
Yunus yang menjadi penyebab dan kutukan atas kehidupannya yang sangat rusak,
atas angin yang luar biasa dan gelombang setinggi gunung yang mengancam kapal
tersebut untuk karam. Tiba-tiba sebuah badai besar menghantam jiwanya. Dengan
kesadaran yang telah dibangkitkan dia menganggap hari tersebut, 10 Maret 1748,
sebagai hari 'ulang tahun' rohaninya. “Saya menangis memohon kepada Tuhan
dengan tangisan seperti pekikan yang muak didengarkan, tetapi tidak ditolak
oleh Allah,” dia berkata. “Dan saya mengingat Yesus yang begitu sering saya
acuhkan.” Tetapi perubahan yang terjadi saat itu, hanyalah sebuah reformasi
dari seseorang yang belum percaya. Selama 6 tahun berikutnya dia melakukan
beberapa perjalanan dengan kapal yang dimilikinya, dengan membawa beberapa
barang, bahkan budak-budak di beberapa kesempatan. Hingga ketika dia tiba di
Liverpool tahun 1754, barulah dia menjadi orang Kristen yang lahir baru. Tetapi
belum juga dia menyadari diri untuk terjun ke dalam suatu pelayanan yang telah
dipersiapkan ibunya sejak dahulu. Secara bertahap dia mulai memusatkan
segalanya kepada Kristus, dengan harapan bahwa suatu saat dia akan tertebus
untuk dipanggil melayani Kristus. Setelah dua kali secara ajaib terselamatkan
dari kematian, dana beberapa tahun belajar dan latihan yang sulit, dia diangkat
sebagai pejabat kerasulan di Church of England pada bulan 16 Desember 1758.
Enam tahun kemudian dia pergi ke Olney, dimana dia diurapi menjadi seorang
diaken dan pendeta. Kebersamaannya dengan William Cooper menghasilkan
diterbitkannya buku mereka berjudul “Olney Hymns.” Nomor 41, pada buku I,
mengandung kisah hidup Newton dalam versi: Amazing grace, how sweet the sound,
That saved a wretch like me; I once was lost but now am found, Was blind but
now I see. ‘Twas grace that taught my heart to fear, And grace my fears
relieved; How precious did that grace appear, The hour I first believe. Through
many dangers, toils and snares, I have already come; ‘Tis grace hath brought me
safe thus far, And grace will lead me home. Perjalanan hidupnya berakhir di
tahun 1779, pergi untuk melayani dua gereja di London. Di sana dia mencurahkan semua
tenaganya untuk melayani Tuhan dengan setia hingga hayatnya tiba, 21 Desember
1807, di usia 82. Di nisannya tertulis seperti berikut: “John Newton, Pejabat,
seseorang yang dahulunya penentang Kristen dan penganut kebebasan, yang, oleh
anugerah yang kaya dari Tuhan dan Juruslamat kita, Yesus Kristus, dijaga,
dibaharui, diampuni, dan diurapi untuk memberitakan iman yang dahulu sangat
berusaha dihancurkan olehnya, hampir 16 tahun di Olney di Bucks, dan 28 tahun
di gereja ini.” Kemudian ditambahkannya,”Dan saya dengan sangat serius
mengharapkan bahwa tidak ada monumen lain dan tulisan lain kecuali hal yang
dituliskan ini, yang dibuat atas nama saya.” Tuhan, buatlah aku sadar akan
dosa-dosaku. Buatlah aku sadar juga dengan anugerah-Mu yang agung – anugerah-anugerah
kehidupan setiap hari dan anugerah keselamatan yang ajaib dan indah Words: John
Newton, 1725 – 1807, Olney Hymns (London: W. Oliver, 1779). Exception: the last
stanza is by an unknown author; it appeared as early as 1829 in Baptist
Songster, by R. Winchell (Wethersfield, Connecticut), as the last stanza of the
song “Jerusalem My Happy Home.” Music: “New Britain,” in Virginia Harmony, by
James P. Carrell and David S. Clayton (Winchester, Virginia: 1831) G G7 C G
Amazing grace! How sweet the sound G D/D7 That saved a wretch like me! G G7 C G
I once was lost, but now am found, Em G D G Was blind but now I see. 'Twas
grace that taught my heart to fear, And grace my fears relieved; How precious
did that grace appear The hour I first believed! Through many dangers, toils,
and snares, I have already come; 'Tis grace has brought me safe thus far, And
grace will lead me home. The Lord had promised good to me, His word my hope
secures; He will my shield and portion be As long as life endures. Yea, when
this flesh and heart shall fail, And mortal life shall cease, I shall possess,
within the veil, A life of joy and peace. The earth shall soon dissolve like
snow, The sun forbear to shine; But God, Who called me here below, Shall be
forever mine. When we’ve been there ten thousand years, Bright shining as the
sun, We’ve no less days to sing God’s praise Than when we’d first begun.
No comments:
Post a Comment